SIMALUNGUN - Sebagai salah satu pilar kebangsaan "Kontrol Sosial" merupakan salah satu fungsi media, sehingga sepatutnya sebagai pelaku atau awak media dituntut dan harus kritis dengan berita apapun.
Hal ini diutarakan dan disajikan kepada publik sebagai pemirsa informasi, bertujuan agar siapapun terlibat dalam informasi melalui media tidak terjebak dan terlalu percaya dengan berita yang salah.
Miris, sekarang ini semakin sedikit media masa yang akurasinya dapat dipercaya, Check and Recheck telah banyak diabaikan, seperti kutipan ini, dilansir dari Publikasi NKRIPOST - Purnomo, Jumat (25/12/2020).
Menurutnya, Cover Both Side tak dipedulikan lagi dan yang paling memprihatinkan Netralitas dilupakan serta Obyektivitas ditinggalkan.
Kini, diketahui banyaknya pelaku media hanya mengejar click bait dan banyaknya dishare, hingga akhirnya semakin sulit membedakan mana media abal-abal dan mana media benaran.
Disinggung soal isi berita hanya dipakai untuk menyenangkan para pembenci, maka jurnalisme semacam itu gagal menyampaikan kebenaran.
Lebih lanjut, media yang tidak berkomitmen pada kebenaran, tidak hanya melanggar etika tapi mereka tidak layak menyandang predikat sebagai insan pers.
Banyak media kesulitan bisnis karena disusupi teknologi yang mengubah pola komunikasi dan konsumsi informasi dan menghadapi saat keadaan sulit datang pula pandemi, hidup jadi setengah mati.
Maka berbagai cara dilakukan supaya survive, termasuk pakai jurnalisme click bait berbasis ludah atau kata orang, faktanya inilah yang merusak nilai moral jurnalistik di Indonesia, jurnalistik berbasis ludah.
Pesan tersampaikan kepada Sahabat Jurnalis, teruslah menyuarakan kejujuran, prestasi dan wan prestasi seluruh negeri, semoga !!! dan jangan bias kepentingan.
Menyembunyikan banyak hal yang harus diperbaiki, termasuk keterbatasan yakni Limitation and The Achievements.
(Amry Pasaribu)