SIMALUNGUN-Semenjak tahu 1980 an hingga saat ini debit Air Danau Toba terus mengalami penyurutan hingga mencapai 2 meter lebih kurang. Kondisi ini diyakini akibat berkurangnya daerah tangkapan Air di kawasan Danau Toba diduga akibat penggundulan perbukitan dan maraknya tambang Galian C Ilegan
Selain itu, Penyurutan air Danau juga diduga akibat pengerukan pembuangan air Danau Toba yang ada di Kecamatan Porsea ditambah lagi berkurangnya debit air dari aliran sungai-sungai yang mengalir langsung ke Danau Toba akibat perbukitan Danau Toba beralih pungsih menjadi lahan pertanian dan nyaris tidak tidak ada lagi pepohonan, " ujar K Sagala Rabu ( 31/3/2021 ).
K Sagala juga mengatakan, Akibat Penyurutan air Danau menghasilkan tanah timbul (pendangkalan) yang menjadi sumber konflik antara pemerintah dan masyarakat, dimana banyak masyarakat mengkalim bibir pantai yang jadi daratan menjadi hak milik, "ungkap K Sagala saat meninjau penyusutan debit air di bibir Pantai Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun
Dijelaskannya, sebelum tahun 1980 an, volume air Danau Toba hampir sama ratanya dengan tembok penahan air di bibir pantai pasir putih di Parapat namun saat ini tembok penahan tersebut sudah jauh lebih tinggi sekitar dua meter dari permukaan air danau.
"Lihatlah tembok ini, dulu ketinggian air sampai kencapai ke dasar tembok namun sekarang permukaan air danau lebih rendah dibanding volume air sebelumnya karena terus mengalami penyurutan hingga tahun ke tahun, " ungkap Sagala.
"Untuk mempertahankan debit air dan menjaga ekosistim Danau Toba, pemerintah sepantasnya meninjau ulang pembuangan air Danau Toba di Sungai Asahan dan mengembalikan kawasan hutan Kembali seperti sedia kala dan menutup Tambang Ilegal yang ada di Perbukitan Danau Toba , " ungkap Sagala. ( Karmel )