KARO - Sungguh mengherankan, kantor pemenang proyek penyiapan dan pengolahan lahan usaha tani (LUT) senilai Rp17 miliar yang akan diperuntukkan bagi pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung Relokasi Tahap III di Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumut, hanya rumah biasa.
Menanggapi itu, sejumlah elemen masyarakat menduga, perusahan pemenang tender LUT seluas 480, 11 hektar yakni PT Mega Mulya Mas, ada konspirasi tingkat 'Dewa' dengan panitia Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo.
"Setahu kami, jika anggaran disuatu pekerjaan yang digelontorkan pemerintah cukup besar. Tentunya, perusahan pemenangnya harus bonafit. Koq kantornya hanya rumah biasa, " ujar salah seorang mantan kontraktor W. Ginting (58), Kamis (04/03/2021) kepada wartawan di Kabanjahe.
Apalagi, sambungnya lagi, proyek itu ditampung dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Karo tahun anggaran (TA) 2020.
"Biasanya, panitia LPSEnya yang lebih tahu permainan itu. Sebab mereka yang memfasilitasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan melampirkan sejumlah persyaratan kualifikasi sesuai kemampuan perusahaan, " sebutnya.
Hal senada juga dikatakan salah seorang pemilik perusahan konstruksi yang ikut serta dalam tender tersebut, meminta pihak BPBD Karo menjelaskan mengenai profil PT Mega Mulya Mas.
"Kami pikir perusahan pemenang itu merupakan perusahaan bonafit. Biasanya peserta tender memiliki kwalitas dibidang konstruksi, serta mampu memenuhi syarat proses tender, " ujar pria berbadan tegap ini, yang tak ingin namanya disebut.
Sekedar diketahui, terungkapnya alamat Kantor PT Mega Mulya Mas di Kota Medan, berawal dari penelusuran wartawan melalui Google Map, Jumat (26/02/2021).
Setelah menempuh dua jam perjalanan, akhirnya awak media tiba di lokasi kantor yang berada di gang sempit yakni Jalan Kenari Medan.
Namun sayang, tidak ada ditemui seorang karyawanpun di rumah biasa yang terletak di gang buntu tersebut. Hanya terlihat plank berukuran 1x0, 5 meter bertuliskan PT Mega Mulya Mas yang ditempel di tembok rumah.
(Anita Theresia Manua)